Monday 23 July 2012

SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN ) DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DEMAM BERDARAH )


1.      Pokok Bahasan           : Demam Berdarah(DHF)
2.      Pemberi Penyuluhan  : M.Setiaji, Agus Widodo, Akhirozah, Hany Mastika, Niswatun,
 Dwi Ernawati, Annisatul.K, Siti Rohmawati.
3.      Waktu                                     : 09.00 wib
4.      Sasaran                        : Warga Masyarakat
5.      Hari/ Tanggal              : Rabu, 22 Februari 2012
6.      Tempat                        : Puskesmas Cepiring
7.      Tujuan            
a)      TIU                 : setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit
                          diharapkan Warga mengerti tentang penyakit Demam
                          Berdarah.
b)     TIK                  : setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit
                          diharapkan Warga mampu    :
                                                                                                       1.         Menjelaskan pengertian Demam Berdarah.
                                                                                                       2.         Menjelaskan penyebab Demam Berdarah
                                                                                                       3.         Menjelaskan tanda & gejala Demam Berdarah
                                                                                                       4.         Menjelaskan pencegahan Demam Berdarah
                                                                                                       5.         Menjelaskan cara penaganan pasien Demam Berdarah

8.      Materi                          : Terlampir
9.      Metode                        : Ceramah & tanya jawab
10.  Media                          : Lembar balik & Leaflet







11.  Proses PenKes             
No.
Tahap Kegiatan
Keg. Pemberi Penyuluhan
Keg. warga
1.
Pendahuluan
(5 menit)
a.       memberi salam
b.      perkenalan
c.       menjelaskan tujuan
d.      kontrak waktu
a. menjawab salam
b. memperhatikan
2.
Penyajian
(20 meni )
a.        menjelaskan pengertian demam berdarah
b.       menjelaskan penyebab demam berdarah
c.        menjelaskan tanda & gejala demam berdarah
d.       menjelaskan pencegahan demam berdarah
e.        menjelaskan cara penanganan pasien demam berdarah
medengarkan & memperhatikan
3.
Penutup
(5 menit)
a.         menanyakan kembali hasil penyuluhan
b.        menyimpulkan
c.         memberi salam
a.    menjawab pertayaan
b.    mendengarkan
c.    menjawab salam

12.  Evaluasi
a.       Apa yang dimaksud demam berdarah ?
b.      Sebutkan penyebab demam berdarah ?
c.       Sebutkan tanda & gejala demam berdarah ?
d.      Jelaskan cara pencegahan demam berdarah ?
e.       Sebutkan cara penanganan pasien demam berdarah ?





Lampiran Materi

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER
( DEMAM BERDARAH )

A.    PENGERTIAN
            Penyakit demam berdarah atau yang disingkat dengan DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lwat air liur gigitan saat menghisap darah manusia ( Suroso , 1999 )

  1. PENYEBAB
Virus dengue atau demam berdarah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

  1. TANDA DAN GEJALA
a)      Demam tinggi secara mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
b)      Perdarahan bawah kulit (bintik – bintik merah pada kulit)
c)      Mual dan muntah
d)     Anoreksia (tidak nafsu makan)
e)      Diare
f)       Konstipasi (susah BAB)
g)      Pembengkakan sekitar mata
h)      Sakit perut
i)        Sakit kepala
j)        Nyeri otot, tulang dan sendi
k)      Kejang
l)        Penurunan kesadaran
m)    Syok, yang ditandai dengan : nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun, dan gelisah





  1. PENCEGAHAN
Pemberantasan penyakit demam berdarah (DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu
1.      Menguras tempat-tampAt penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya
2.      Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan
3.      Menguburkan / menyingkirkan barang –barang separti kaleng bekas yang dapat menampung air hujan sehingga dapat menjadi sarang nyamuk.

  1. PENANGANAN
1.      Tirah baring (istirahat total)
2.      Pemberian makanan lunak
3.      Pemberian cairan melalui infuse
4.      Pemberian obat - obatan : antibiotic, antipiretik
5.      Pemberian obat Anti konvulsi jika terjadi kejang
6.      Awasi  tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
7.      Awasi adanya tanda-tanda Syok
8.      Awasi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.      Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.




Friday 13 July 2012

MAKALAH IDIOPATIK TROMBOSITOPHENIA PURPURA

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak
Diampu oleh Sri Hesthi SR.,S.Kep.,Ns



Disusun oleh kelompok 2:
Nama :                                                NIM :
1.      Mahmudi                           2009738
2.      Muchlisin                           2009739
3.      M. Faisol Chanafi               2009740
4.      M. Seti Aji                          2009741
5.      Nia Ardilla                          2009742
6.      Niswatun                            2009743
7.      Nita Ristiyani                     2009744

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAHKENDAL
2011/2012

BAB I

PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal. Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan ringan , sedang, sampai dapat mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal.  Oleh karena merupakan suatu penyakit autoimun maka kortikosteroid merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan ITP. Pengobatan akan sangat ditentukan oleh keberhasilan mengatasi penyakit yang mendasari ITP sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat pendarahan fatal., atau pun penanganan-penangan pasien yang gagal.

  1. TUJUAN
1.      Mahasiswa mampu mengerti tentang konsep dasar ITP pada anak
2.      mahasiswa dapat membuat asuhan keperwatan pada anak dengan masalah ITP








BAB II

PEMBAHASAN

  1. KONSEP DASAR PENYAKIT
I.                    DEFINISI
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Arif mansyur).
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi 3).
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. (angka trombosit darah perifer kurang dari 15.000/μL)
Atau dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopenia purpura adalah kondisi perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya. Terjadi karena jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara menggumpal.
Idiopatik sendiri berarti bahawa penyebab penyakit tidak diketahui. Trombositopeni adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit.
II.      ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui. Kemungkinan akibat:
a.    infeksi virus
b.    intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
c.    bahan kimia
d.    pengaruh fisis (radiasi, panas)
e.    kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi)
f.     koagulasi intravascular diseminata (KID)
g.    autoimun.
Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa).
III.                MANIFESTASI KLINIS
a.      keletihan, demam dan nyeri abdomen.
b.      Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.
c.       Epistaksis.
d.      Perdarahan mukosa mulut.
e.      Menoragia.
f.        Memar.
g.      Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.
h.      Hematuria.
i.        Melena.

IV.                TANDA DAN GEJALA
1.      Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit.
2.      Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.
3.      Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi.
4.      Ada darah pada urin dan feses.
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain.

V.     PATOFISIOLOGI
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) terjadi bila trombosit mengalami destruksi secara prematur sebagai hasil dari deposisi autoantibody atau kompleks imun. ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 – 6 minggu sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.

VI.                PATHWAY


 


Ideopatik
Agen virus
Deposisi auto imun

Merusak trombosit
Penurunan trombosit

Perdarahan
Demam ringan
Penurunan kapasitas pembawa darah

Anemia
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen


Ptekhie


 




Purpura


 




Idiopatik tromboshitopenia purpura (ITP)


           

VII.              PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin, hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).

VIII.            PENATA LAKSANAAN
1.      ITP Akut
·         Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
·         Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
·         Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
·         Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
2.      ITP Menahun
·           Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
-        Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
·         Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
-        Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
-        Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
·         Splenektomi.
-     Indikasi:
§  Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
§  Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
§  Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
-     Kontra indikasi:
§   Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)

Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran aman sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP didasarkan pada berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan dan jumlah platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid (ex: prednison) sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun. Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan transfusi platelet dan dirawat dirumah sakit .
Terapi awal ITP (standar) :
§  Prednison
Terapi awal prednisoon atau prednison dosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. respon terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama, bila respon baik dilanjutkan sampai 1 bulan.
§  Imunoglobulin intravena (IgIV)
Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selam 2-3 hari berturut-turutndigunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT(antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif. Pendekatan terapi konvensional lini kedua, untuk pasien yang dengan terapi standar kortikosteroid tidak membaik, ada beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan
, yaitu:
1. Steroid dosis tinggi
    Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan deksametason     oral dosis tinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4minggu, diulang setiap 28 hari untuk 6 siklus.
2. Metiprednisolon
     Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa yang resisten terhadap terapi prednison dosis konvensional. Dari hasil penelitian menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis diturunkan tiap 3 hr samapi 1 mg/kg sekai sehari.
3. IgIV dosis tinggi
    Imunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut, sering dikombinasi dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan cepat. Efek samping, terutama sakit kepala.
IX.                PENCEGAHAN
Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah komplikasinya.yaitu dengan Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendaraha. Lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang. Konsultasi ke dokter  jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.



  1. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan:
o Petekie terjadi spontan.
o Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
o Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
o Menoragie.
o Hematuria.
o Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat.
- palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda :  TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
Tanda : DEPRESI.
g. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala :  penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.

2. DATA PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin, hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).


3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan:
o Menghilangkan mual dan muntah
Criteria standart:
o Menunjukkan berat badan stabil
Intervensi keperawatan:
o Berikan nutrisi yang adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
o Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori.
o Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius.
o Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
o Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
o Tekanan darah normal.
o Pangisian kapiler baik.
Kriteria standart:
o Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi keperawatan:
o Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
o Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
o Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.
Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.
o Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan:
o Mengurangi distress pernafasan.
Criteria standart:
o Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
o Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama.
Rasional : perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
o Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman.
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi.
o Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic.
Rasional : meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi.
o Bantu dengan teknik nafas dalam.
Rasional : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan:
o Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas.
Criteria standart:
o Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
o Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
o Awasi TD, nadi, pernafasan.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
o Berikan lingkungan tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.
o Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.

e. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
Tujuan:
o Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Criteria standart:
o Menyatakan pemahaman proses penyakit.
o Faham akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi keperawatan:
o Berikan informasi tntang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
o Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ketidak tahuan meningkatkan stress.
o Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP.
Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien / keluarga.

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan.
6. EVALUASI
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.








DAFTAR PUSTAKA
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.

Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung

Dorland, W.A Newma, 2006, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, EGC : Jakarta

Guyton, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC: Jakarta

Mansjoer, Arif, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi kedua, Jilid kedua, FK-UI, Jakarta

Medicineworl, 2008, Drugs causing thrombocytopenia or low platelet count, (Online), (http://medicineworld.org/physicians/hematology/thrombocytopenia.html, diakses tanggal 21 September2008)

Nettina M. Sandra. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Setiabudy, Rahajunigsih D, 2007, Hemostatis dan Trombosis Edisi 3, Balai Penerbit FK UI : Jakarta

Waspadji, Sarwono ,Soeparman, 1996, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FK UI : Jakarta





KOREKSI
Data yg terserang ideopatik
Tahun pengarang
Pathway
Aktifitas bermain
















chitika