Diajukan
untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak
Diampu
oleh Sri Hesthi SR.,S.Kep.,Ns
Disusun
oleh kelompok 2:
Nama : NIM
:
1.
Mahmudi 2009738
2.
Muchlisin 2009739
3.
M. Faisol Chanafi 2009740
4.
M. Seti Aji 2009741
5.
Nia Ardilla 2009742
6.
Niswatun 2009743
7.
Nita Ristiyani 2009744
AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAHKENDAL
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Idiopatik
trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan
autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran
trombosit secara dini.
Adanya trombositopenia pada ITP
ini akan mengakibatkan gangguan pada sistem
hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi
darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.
Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai dari manifestasi perdarahan
ringan , sedang, sampai dapat mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal. Oleh karena merupakan suatu penyakit autoimun
maka kortikosteroid merupakan pilihan konvensional dalam pengobatan ITP.
Pengobatan akan sangat ditentukan oleh keberhasilan mengatasi penyakit yang
mendasari ITP sehingga tidak mengakibatkan keterlambatan penanganan akibat
pendarahan fatal., atau pun penanganan-penangan pasien yang gagal.
- TUJUAN
1.
Mahasiswa mampu mengerti tentang
konsep dasar ITP pada anak
2.
mahasiswa dapat membuat
asuhan keperwatan pada anak dengan masalah ITP
BAB II
PEMBAHASAN
- KONSEP DASAR PENYAKIT
I.
DEFINISI
ITP
adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab
yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun),
lebih sering terjadi pada wanita. (Arif mansyur).
ITP
adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan
Pediatri Edisi 3).
ITP
adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. (angka
trombosit darah perifer kurang dari 15.000/μL)
Atau
dapat diartikan bahwa idiopatik trombositopenia
purpura adalah kondisi perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya.
Terjadi karena jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet
melalui pembuluh darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara
menggumpal.
Idiopatik
sendiri berarti bahawa penyebab penyakit tidak diketahui. Trombositopeni adalah
jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal. Purpura adalah memar
kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa
telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit.
II.
ETIOLOGI
Penyebab
pasti belum diketahui. Kemungkinan akibat:
a.
infeksi virus
b.
intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat
(PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).
c.
bahan kimia
d.
pengaruh fisis (radiasi, panas)
e.
kekurangan factor pematangan
(misalnya malnutrisi)
f.
koagulasi intravascular
diseminata (KID)
g.
autoimun.
Berdasarkan
awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6
bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan
(umunnya terjadi pada orang dewasa).
III.
MANIFESTASI KLINIS
a.
keletihan, demam dan nyeri abdomen.
b.
Secara spontan timbul petekie dan ekimosis pada kulit.
c.
Epistaksis.
d.
Perdarahan mukosa mulut.
e.
Menoragia.
f.
Memar.
g.
Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan.
h.
Hematuria.
i.
Melena.
IV.
TANDA DAN GEJALA
1.
Bintik-bintik merah pada kulit
(terutama di daerah kaki), seringnya bergerombol. Bintik
tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah
kulit.
2.
Memar atau daerah kebiruan pada
kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan di
bawah kulit. Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan
purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang
disebut hematoma.
3.
Hidung mengeluarkan darah atau
pendarahan pada gusi.
4.
Ada darah pada urin dan feses.
Beberapa
macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk
menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang
terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan
penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue
(kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain.
V.
PATOFISIOLOGI
Idiopatik
trombositopenia purpura (ITP) terjadi bila trombosit mengalami destruksi secara
prematur sebagai hasil dari deposisi autoantibody atau kompleks imun. ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum
terjadi. ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Penyebab sebenarnya
tidak diketahui, meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak
trombosit. Pada umumnya gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam
ringan 1 – 6 minggu sebelum timbul gejala. Gangguan ini dapat digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu akut, kronik dan kambuhan. Pada anak-anak mula-mula
terdapat gejala diantaranya demam, perdarahan, petekie, purpura dengan
trombositopenia dan anemia.
VI.
PATHWAY
Ideopatik
|
Agen virus
|
Deposisi auto imun
|
|
Merusak trombosit
|
Penurunan trombosit
|
|
Perdarahan
|
Demam ringan
|
Penurunan kapasitas pembawa darah
|
|
Anemia
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
|
|
Ptekhie
|
|
|
Purpura
|
|
|
Idiopatik tromboshitopenia purpura (ITP)
|
|
VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung
darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia normositik:
bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit
biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan
leucopenia ringan.
d. Sum-sum
tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa
perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,
prothrombin consumption memendek, test RL (+).
VIII.
PENATA LAKSANAAN
1.
ITP Akut
·
Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
·
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum
naik, maka berikan kortikosteroid.
·
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
immunoglobulin per IV.
·
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
2.
ITP Menahun
·
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
-
Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon
terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
·
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
-
Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
-
Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
·
Splenektomi.
- Indikasi:
§ Resisten terhadap pemberian
kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
§ Remisi spontan tidak terjadi dalam
waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang
sampai berat.
§ Penderita yang menunjukkan respon
terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis
yang baik tanpa perdarahan.
- Kontra indikasi:
§ Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi
limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain
(hati, kelenjar getah bening dan thymus)
Terapi
ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran aman sehingga
mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu, terapi ITP didasarkan pada
berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami pendarahan dan jumlah
platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir sama. Kortikosteroid (ex:
prednison) sering digunakan untuk terapi ITP. kortikosteroid meningkatkan
jumlah platelet dalam darah dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun.
Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan transfusi platelet dan
dirawat dirumah sakit .
Terapi awal ITP (standar) :
§ Prednison
Terapi awal prednisoon atau prednison dosis 0,5-1,2 mg/kgBB/hari selama 2
minggu. respon terapi prednison terjadi dalam 2 minggu dan pada umumnya terjadi
dalam minngu pertama, bila respon baik dilanjutkan sampai 1 bulan.
§ Imunoglobulin
intravena (IgIV)
Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selam 2-3 hari berturut-turutndigunakan
bila terjadi pendarahan internal, saat AT(antibodi trombosit) <5000/ml
meskipun telah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya
purpura yang progresif. Pendekatan terapi konvensional lini kedua, untuk pasien
yang dengan terapi standar kortikosteroid tidak membaik, ada beberapa pilihan
terapi yang dapat digunakan, yaitu:
1. Steroid dosis tinggi
Terapi
pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan deksametason oral
dosis tinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4minggu, diulang setiap 28 hari
untuk 6 siklus.
2. Metiprednisolon
Metilprednisolon
dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa yang resisten terhadap
terapi prednison dosis konvensional. Dari hasil penelitian menggunakan dosis
tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis diturunkan tiap 3 hr samapi 1
mg/kg sekai sehari.
3. IgIV dosis tinggi
Imunoglobulin
iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut, sering dikombinasi
dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan cepat. Efek samping,
terutama sakit kepala.
IX.
PENCEGAHAN
Idiopatik
Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat dicegah
komplikasinya.yaitu dengan Menghindari
obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan
meningkatkan risiko pendarahan. Lindungi
dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendaraha. Lakukan terapi yang benar untuk
infeksi yang mungkin dapat berkembang. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti
demam. Hal ini penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah
tidak memiliki limfa.
- KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Asimtomatik sampai
jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan:
o Petekie terjadi spontan.
o Ekimosis terjadi pada
daerah trauma minor.
o Perdarahan dari mukosa
gusi, hidung, saluran pernafasan.
o Menoragie.
o Hematuria.
o Perdarahan
gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih
setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
Gejala : keletihan,
kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan
rendah.
Tanda : takikardia /
takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan
kekuatan.
e. Sirkulasi.
Gejala : riwayat
kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat.
- palpitasi (takikardia
kompensasi).
Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic
stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama /
budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
Tanda : DEPRESI.
g. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala : penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit
buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan
penglihatan.
Tanda : epistaksis.
- mental: tak mampu berespons
(lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen,
sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada
istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka
buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
2. DATA PENUNJANG
a. Hitung
darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin, hematokrit,
trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
b. Anemia
normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
c. Leukosit
biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia
ringan.
d. Sum-sum
tulang biasanya normal, tetapu megakariosit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
e. Masa
perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,
prothrombin consumption memendek, test RL (+).
3. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan
nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
b. Perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
c. Gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan.
e. Kurang pengetahuan pada
keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah
interpretasi informasi.
4. INTERVENSI
KEPERAWATAN
a. Gangguan pemenuhan
nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan:
o Menghilangkan mual dan
muntah
Criteria standart:
o Menunjukkan berat badan
stabil
Intervensi keperawatan:
o Berikan nutrisi yang
adekuat secara kualitas maupun kuantitas.
Rasional : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari.
o Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering.
Rasional : porsi lebih kecil dapat meningkatkan
masukan yang sesuai dengan kalori.
o Pantau pemasukan makanan
dan timbang berat badan setiap hari.
Rasional : anoreksia dan kelemahan dapat
mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius.
o Lakukan konsultasi
dengan ahli diet.
Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
o Libatkan keluarga pasien
dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya,
memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
b. Perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
o Tekanan darah normal.
o Pangisian kapiler baik.
Kriteria standart:
o Menunjukkan perbaikan
perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi keperawatan:
o Awasi TTV, kaji
pengisian kapiler.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/
keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
o Tinggikan kepala tempat
tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
o Kaji untuk respon verbal
melambat, mudah terangasang.
Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi
serebral karena hipoksia.
o Awasi upaya parnafasan,
auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dispne karena regangan jantung lama /
peningkatan kompensasi curah jantung.
c. Gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan:
o Mengurangi distress
pernafasan.
Criteria standart:
o Mempertahankan pola
pernafasan normal / efektif
Intervensi keperawatan:
o Kaji / awasi frekuensi
pernafasan, kedalaman dan irama.
Rasional : perubahan (seperti takipnea, dispnea,
penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan /
pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
o Tempatkan pasien pada
posisi yang nyaman.
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan
kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi.
o Beri posisi dan Bantu
ubah posisi secara periodic.
Rasional : meningkatkan areasi semua segmen paru dan
mobilisasikan sekresi.
o Bantu dengan teknik
nafas dalam.
Rasional : membantu meningkatkan difusi gas dan
ekspansi jalan nafas kecil.
d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan:
o Meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas.
Criteria standart:
o Menunjukkan peningkatan
toleransi aktivitas.
Intervensi keperawatan:
o Kaji kemampuan pasien
untuk melakukan aktivitas normal, catat laporan kelemahan, keletihan.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi.
o Awasi TD, nadi,
pernafasan.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan.
o Berikan lingkungan
tenang.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh.
o Ubah posisi pasien
dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : hipotensi postural / hipoksin serebral
menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
e. Kurang pengetahuan pada
keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah
interpretasi informasi.
Tujuan:
o Pemahaman dan penerimaan
terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Criteria standart:
o Menyatakan pemahaman
proses penyakit.
o Faham akan prosedur dagnostik
dan rencana pengobatan.
Intervensi keperawatan:
o Berikan informasi tntang
ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga
keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
o Tinjau tujuan dan
persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ketidak tahuan meningkatkan stress.
o Jelaskan bahwa darah
yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP.
Rasional : merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan
yang dapat memperkuat ansietas pasien / keluarga.
5. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi
yang sudah ditetapkan.
6. EVALUASI
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang
telah ditetapkan dengan perencanaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Betz L.
Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
——–. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.
Barbara
C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung
Dorland, W.A Newma, 2006, Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29, EGC : Jakarta
Guyton, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi kedua, Jilid
kedua, FK-UI, Jakarta
Medicineworl, 2008, Drugs causing thrombocytopenia or low platelet count,
(Online), (http://medicineworld.org/physicians/hematology/thrombocytopenia.html,
diakses tanggal 21 September2008)
Nettina
M. Sandra. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Setiabudy, Rahajunigsih D, 2007, Hemostatis dan Trombosis Edisi 3, Balai
Penerbit FK UI : Jakarta
Waspadji, Sarwono ,Soeparman, 1996, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai
Penerbit FK UI : Jakarta
KOREKSI
Data yg terserang ideopatik
Tahun pengarang
Pathway
Aktifitas bermain