Saturday 8 April 2017

Shift malam resiko tulang keropos

PROFESI tertentu membutuhkan karyawan untuk bekerja dalam shift. Walaupun mungkin tampak nyaman, bekerja shift juga memiliki kelemahan terhadap kesehatan sang karyawan. Bekerja dalam shift, terutama di malam hari, ternayata memengaruhi jam tubuh dan menyebabkan gangguan dalam sistem dan siklus tidur.


Sayangnya, sebuah studi telah menekankan pada gangguan tidur berkepanjangan karena shift kerja meningkatkan risiko pengeroposan tulang.Peneliti dari University of Colorado di Amerika Serikat membuat subyek penelitian di laboratorium, di mana selama 3 minggu mereka tidur setiap hari 4 jam berikutnya dari hari sebelumnya, sehingga menghasilkan 1 hari jadi 28 jam.Orang-orang diizinkan untuk tidur hanya 5,6 jam per 24 jam, karena tidur pendek umum untuk malam dan pergeseran pekerja. Saat terjaga, orang-orang makan jumlah kalori dan nutrisi yang sama selama penelitian. 

Sampel darah diperoleh pada awal dan setelah 3 minggu manipulasi tidur untuk pengukuran bioamarker tulang. Enam dari pria berusia antara 20 sampai dengan 27 tahun, sedangkan empat lainnya berusia antara 55-65 tahun.Para peneliti menemukan, setelah 3 minggu, semua orang telah mengalami penurunan secara signifikan tingkat pembentukan tulang disebut P1NP. Penurunan ini lebih besar untuk orang-orang usia muda dari laki-laki yang lebih tua: penurunan 27 persen banding 18 persen, kata para peneliti."Perubahan keseimbangan tulang ini menciptakan sebuah potensi pengeroposan tulang yang dapat menyebabkan osteoporosis dan patah tulang," kata Christine Swanson dari University of Colorado yang dikutip Zeenews, Senin (4/4/2017).Tingkat resorpsi tulang penanda CTX tetap tidak berubah. 

Indikasi bahwa tulang tua bica memecah tanpa tulang baru yang terbentuk, kata para peneliti."Data ini menunjukkan bahwa gangguan tidur mungkin merugikan metabolisme tulang, ketika pertumbuhan tulang dan akrual sangat penting untuk kesehatan tulang jangka panjang," pungkasnya.

No comments:

Post a Comment

chitika