PROGRAM
STUDI MAGISTER BIOMEDIK (S2)
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNISSULA
SEMARANG
Jl.
Raya Kaligawe Km. 4 PO BOX 1054 Semarang
Jenis ujian : Tugas critical appraisal
Mata
ujian : The risk of cardiovaskuler
Dosen
penguji :
Hari
/ tanggal :
Nama :
NIM :
Tanda
tangan :
Nomor
ujian :
Diagnostic Accuracy Of Heart – Type
Fatty Acid – Binding Protein For
The
Early Diagnostic Of Acute Myocardial Infarction
Dalam
studi kasus ini, mengevaluasi ketepatan nilai diagnostic dari beberapa test : heart
type fatty acid – binding protein, (H-FABP), cardiac troponin I (cTnI), creatinin – kinase – MB dan myoglobin. Sebagai
deteksi awal dari acute myocardial
infection diantara pasien yang datang ke emergency dengan sakit dada.
Nyeri dada merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul ketika orang datang ke ruang gawat
darurat. Di amerika keluhan ini merupakan keluhan tertinggi ke dua yang
menyebabkan orang datang ke ruang gawat darurat. Hal ini disebabkan belum
adanya standart pengukuran yang cukup dan akurat untuk menyampingkan penyakit
ACS sebagai penyakit yang mendasari. Hal lain yang menyebabkan peningkatan mortality dan morbidity adalah ketidak mampuan pasien untuk melakukan pemeriksaan
lebih dini.
Dari 2924 sampel darah
vena, tersedia 1128 pasien dengan nyeri dada yang tidak diseleksi dan diterapi
sesuai dengan standart terapi rumah sakit, pemggunaan cardiac biamarkers diujikan secara serial adalah dibawah 25 tahun,
memilik gagal ginjal, dan yang tidak bersedia menandatangani inform consent.
Dalam penelitian
melibatkan pasien yang datang dengan nyeri dada dan telah ditest dengan 12 lead ECG dan telah didiagnosa dan terapi
dengan ACC/ESC guidelines untuk AMI. Mereka diminta untuk memberi sampel
darah setiap 2 jam selama 12 jam dan 24 jam selama 48 jam. Dalam kuesioner
diinformasikan interval antara rasa sakit muncul dan kedatanganya ke ruang
gawat darurat, riwayat kesehatan, faktor resiko, diagnose serta treatment parameters.
H-FBPH memeiliki
sensitivitas yang terbesar pada 0-3 jam (64,3%), 3-6 jam (85,3%), setelah nyeri
dada, kombinasi cTnI dan H-FBPH menunjukan kenaikan sensitivitas menjadi 74,1%
pada jam 0-3 jam dan 88,2% pada 3-6 jam.
1.
Validitas analis : valid
Peneliti
melakukan pemeriksaan setiap cardiac
array marker mengikuti interval waktu dimana rasa nyeri dada dimulai : 0-3
jam, 3-6 jam, 6-12 jam, 12-24 jam, dan lebih dari 48 jam.
Sentivity, spesificity, PPV, NPV dapat
dilihat pada cardiac array markers (
tabel 2 dan 3 ) ROC curve menunjukan A U C dari H _ FABP yang luas yang berarti
lebih akurat dari marker yang lain dari 0 – 12 jam setelah rasa nyeri.
Kombinasi
H-FBP dan cTnI merupakan yang palin akurat dengan AUC yang luas melebihi tiap
individual marker yang lain termasuk pada pemeriksaan 24 jam sampai 28 jam prosedur
statistik menggunakan SPSS versi 13.
2.
Validitas informasi : valid
Penelitian ini menggunakan “roche electrochemiluminescence” ( roche elecsys 2010 analyzer dan automated EVIDENCE analyzer ) yang
sensitif. Waktu pengukuran telah ditentukan dan dilakukan serial.
3.
Validirtas internal : valid
Subyek
jumlah besar, non random. kriteria
eksklusif dan inklusi telah ditetapkan dengan jelas.
4.
Validitas seleksi : valid
Populasi
penilitian orang dewasa lebih dari 25 tahun, tidak menderita gagal ginjal,
dengan keluhan nyeri dada dan telah memberikan informed consent.
Peneliti
mengatakan, bahwa pasien akan memberikan sampel darah setiap 2 jam sampai 12
jam, dan 24 jam sampai 48 jam.
5.
Penerapan : valid
Penelitian
dapat diterapkan terhadap pasien namun dengan mempertimbangkan kemampuan pasien
yang behubungan dengan pembiayaan, fasilitas laboratorium rujukan.
6.
Generalisasi penelitian : valid
Hasil
penelitian dilakukan di Ireland UK, dapat di generalisasi di Indonesia.
Tentunya logis karena :
-
Alat diagnostic yang dipakai bisa
diadakan di Indonesia
-
Pasien dengan nyeri dada sering datang
ke IGD
-
Kemampuan pelayanan dan ekonomi juga
bisa terpenuhi.
7.
Penelitian ini penting
Karena
dengan menemukan marker yang dapat dipakai untuk mendiagnosa peyakit sedini
mungkin (AMI) akan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas menjadi acuan
dalam pembuatan setandar pemberian obat penanganan pasien dengan nyeri dada.
Kesimpulan
:
Karena pada penelitian
kriteria validity, importancy,
applicability terpenuhi, maka hasil diaplikasikan kepada pasien, namun
masih sangat tergantung pada kemampuan finansial dan fasilitas laboratorium.
Saran
:
Menurut saya peneletian
ini valid, important, applicable, sehingga penelitian ini dapat menjadi acuan
dalam pembuatan standar pemberian obat kepada pasien dengan nyeri dada.
Pada penelitian ini
pemeriksaan kombinasi H-FABP dan cTnI dengan cardiac array dapat dijadikan alat diagnostic awal yang akurat
mendiagnosa AMI untuk pasien yang datang dalam 3-6 jam dengan nyeri dada.
Prior
knowledge
Saya sering mendapat
pasien dengan nyeri dada selama saya praktek, dan yang saya lakukan adalah :
-
Mendahulukan penanganan gejala emergensinya,
seperti pemberian oksigen dan analgetik sambil mencari faktor resiko seperti
hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia dll.
-
Setelah pasien tenang lakukan
pemeriksaan EKG.
-
Pemeriksaan laboratorium (darah rutin,
SGOT, CKMB, HDL, DL, kolestrol, triglyserid)
Solution
:
Nyeri dada merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul naik diklinik raaj jalan maupun rawat
inap.
Setelah menelaah jurnal
ini maka saya sudah mendapatkan pelajaran beharga sebagasi informasi dan cara
mendiganosa AMI secara lebih dini dan lebih akurat.
Hal ini untuk menekan
angka morbiditas dan mortalitas yag selama ini menjadi masalah. Namun ada
kendala yang muncul yaitu, jika kemampuan pasien terbatas, dan laboratorium
rujuk tidak mempunyai fasilitas tersebut.
Harapan saya kedepanya ada
subsidi dari pemerintah agar alkes di Indonesia bisa terjangkau harga belinya.
Sehingga masyarakat bisa tetangani dengan baik dan terjangkau.
No comments:
Post a Comment