Wednesday 16 December 2015

critical apresial (The risk of cardiovaskuler)


PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK (S2)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA
SEMARANG
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 PO BOX 1054 Semarang


Jenis ujian        : Tugas critical appraisal
Mata ujian       : The risk of cardiovaskuler
disease
Dosen penguji :
Hari / tanggal  :
Nama               :
NIM                :
Tanda tangan  :
Nomor ujian    :


 


Diagnostic Accuracy Of Heart – Type Fatty Acid – Binding Protein For

The Early Diagnostic Of Acute Myocardial Infarction

Dalam studi kasus ini, mengevaluasi ketepatan nilai diagnostic dari beberapa test : heart type fatty acid – binding protein, (H-FABP), cardiac troponin I (cTnI), creatinin – kinase – MB dan myoglobin. Sebagai deteksi awal dari acute myocardial infection diantara pasien yang datang ke emergency dengan sakit dada.

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang sering muncul ketika orang datang ke ruang gawat darurat. Di amerika keluhan ini merupakan keluhan tertinggi ke dua yang menyebabkan orang datang ke ruang gawat darurat. Hal ini disebabkan belum adanya standart pengukuran yang cukup dan akurat untuk menyampingkan penyakit ACS sebagai penyakit yang mendasari. Hal lain yang menyebabkan peningkatan mortality dan morbidity adalah ketidak mampuan pasien untuk melakukan pemeriksaan lebih dini.

Dari 2924 sampel darah vena, tersedia 1128 pasien dengan nyeri dada yang tidak diseleksi dan diterapi sesuai dengan standart terapi rumah sakit, pemggunaan cardiac biamarkers diujikan secara serial adalah dibawah 25 tahun, memilik gagal ginjal, dan yang tidak bersedia menandatangani inform consent.

Dalam penelitian melibatkan pasien yang datang dengan nyeri dada dan telah ditest dengan 12 lead ECG dan telah didiagnosa dan terapi dengan ACC/ESC guidelines untuk AMI. Mereka diminta untuk memberi sampel darah setiap 2 jam selama 12 jam dan 24 jam selama 48 jam. Dalam kuesioner diinformasikan interval antara rasa sakit muncul dan kedatanganya ke ruang gawat darurat, riwayat kesehatan, faktor resiko, diagnose serta treatment parameters.

H-FBPH memeiliki sensitivitas yang terbesar pada 0-3 jam (64,3%), 3-6 jam (85,3%), setelah nyeri dada, kombinasi cTnI dan H-FBPH menunjukan kenaikan sensitivitas menjadi 74,1% pada jam 0-3 jam dan 88,2% pada 3-6 jam.

1.      Validitas analis : valid

Peneliti melakukan pemeriksaan setiap cardiac array marker mengikuti interval waktu dimana rasa nyeri dada dimulai : 0-3 jam, 3-6 jam, 6-12 jam, 12-24 jam, dan lebih dari 48 jam.

Sentivity, spesificity, PPV, NPV dapat dilihat pada cardiac array markers ( tabel 2 dan 3 ) ROC curve menunjukan A U C dari H _ FABP yang luas yang berarti lebih akurat dari marker yang lain dari 0 – 12 jam setelah rasa nyeri.

Kombinasi H-FBP dan cTnI merupakan yang palin akurat dengan AUC yang luas melebihi tiap individual marker yang lain termasuk pada pemeriksaan 24 jam sampai 28 jam prosedur statistik menggunakan SPSS versi 13.

2.      Validitas informasi : valid

Penelitian ini menggunakan “roche electrochemiluminescence” ( roche elecsys 2010 analyzer dan automated EVIDENCE analyzer ) yang sensitif. Waktu pengukuran telah ditentukan dan dilakukan serial.

3.      Validirtas internal : valid

Subyek jumlah besar, non random. kriteria eksklusif dan inklusi telah ditetapkan dengan jelas.

4.      Validitas seleksi : valid

Populasi penilitian orang dewasa lebih dari 25 tahun, tidak menderita gagal ginjal, dengan keluhan nyeri dada dan telah memberikan informed consent.

Peneliti mengatakan, bahwa pasien akan memberikan sampel darah setiap 2 jam sampai 12 jam, dan 24 jam sampai 48 jam.

5.      Penerapan : valid

Penelitian dapat diterapkan terhadap pasien namun dengan mempertimbangkan kemampuan pasien yang behubungan dengan pembiayaan, fasilitas laboratorium rujukan.

 

 

6.      Generalisasi penelitian : valid

Hasil penelitian dilakukan di Ireland UK, dapat di generalisasi di Indonesia. Tentunya logis karena :

-        Alat diagnostic yang dipakai bisa diadakan di Indonesia

-        Pasien dengan nyeri dada sering datang ke IGD

-        Kemampuan pelayanan dan ekonomi juga bisa terpenuhi.

7.      Penelitian ini penting

Karena dengan menemukan marker yang dapat dipakai untuk mendiagnosa peyakit sedini mungkin (AMI) akan menurunkan angka mortalitas dan morbiditas menjadi acuan dalam pembuatan setandar pemberian obat penanganan pasien dengan nyeri dada.

Kesimpulan :

Karena pada penelitian kriteria validity, importancy, applicability terpenuhi, maka hasil diaplikasikan kepada pasien, namun masih sangat tergantung pada kemampuan finansial dan fasilitas laboratorium.

Saran :

Menurut saya peneletian ini valid, important, applicable, sehingga penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pembuatan standar pemberian obat kepada pasien dengan nyeri dada.

Pada penelitian ini pemeriksaan kombinasi H-FABP dan cTnI dengan cardiac array dapat dijadikan alat diagnostic awal yang akurat mendiagnosa AMI untuk pasien yang datang dalam 3-6 jam dengan nyeri dada.

Prior knowledge

Saya sering mendapat pasien dengan nyeri dada selama saya praktek, dan yang saya lakukan adalah :

-        Mendahulukan penanganan gejala emergensinya, seperti pemberian oksigen dan analgetik sambil mencari faktor resiko seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia dll.

-        Setelah pasien tenang lakukan pemeriksaan EKG.

-        Pemeriksaan laboratorium (darah rutin, SGOT, CKMB, HDL, DL, kolestrol, triglyserid)

Solution :

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang sering muncul naik diklinik raaj jalan maupun rawat inap.

Setelah menelaah jurnal ini maka saya sudah mendapatkan pelajaran beharga sebagasi informasi dan cara mendiganosa AMI secara lebih dini dan lebih akurat.

Hal ini untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yag selama ini menjadi masalah. Namun ada kendala yang muncul yaitu, jika kemampuan pasien terbatas, dan laboratorium rujuk tidak mempunyai fasilitas tersebut.

Harapan saya kedepanya ada subsidi dari pemerintah agar alkes di Indonesia bisa terjangkau harga belinya. Sehingga masyarakat bisa tetangani dengan baik dan terjangkau.

No comments:

Post a Comment

chitika