Monday 28 November 2011

lp kista

KONSEP DASAR
KISTA OVARIUM
 
A.     Definisi
Kista adalah kantong tertutup yang normal atau abnormal berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat. (Ramali, 2000)
Kista ovarium adalah kista yang sederhana yang memiliki struktur dinding yang tipis mengandung cairan serosa. (Mansjoer, 2000)
Kista ovarium adalah neoplasma jinak yang berasal dari ovarium bersifat kistik. Pada umumnya tumor jinak ovarium kistik sering disebut Kistoma Ovarii. (Manuaba, 2000)
 
B.     Klasifikasi
Pembagian tumor ovarium secara praktis.
1.      Kistoma Ovarii Simpleks
Adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, dinding kista tipis, berisi cairan jernih serosa dan berwarna kuning.
2.      Kista Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum, bentuk unikular, bila multikular di curigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar tetapi tidak sebesar kista musinosum.
3.      Kista Ovarii Nusinosum
Kista ini berasal dari teratoma bentuk kista multilokular biasanya unilateral dapat tumbuh menjadi sangat besar
4.      Kista Dermoid
Adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal beridentifikasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis.
 
C.     Etiologi
1.      Perubahan fungsional dalam ovarium
2.      Epitelium embrionik abnormal
( Mansjoer, 2000 )
D.    Manifestasi Klinis
1.      Ileus
2.      Asites
3.      Perubahan hormonal haid
4.      Gangguan miksi
5.      Obstipasi karena desakan
6.      Oedem pada tungkai bawah
7.      Rasa sesak karena desakan diafragma ke paru-paru
(Mansjoer, 2000)
E.     Patofisiologis
Kista menerima darah melalui suatu tungkai. Kadang-kadang dapat terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan pendarahan dalam kista dan perubahan degeneratif yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum. Usus-usus dan peritonium parietal. Pada pemeriksaan mikroskopis tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti dasar sel, terdapat diantaranya sel-sel yang membundar karena tersilinder. Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar-kelenjar. Kelenjar dapat menjadi kista baru yang menyebabkan permukaan peritonium rongga perut dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomikroma peritonii.
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan oleh kista ovarium berkaitan dengan adanya benjolan/massa Intra Abdomen. Gejala yang ditimbulkan akibat pendesakan tumor ke organ sekitarnya.aktivitas hormonal tumor/kista itu sendiri dan komplikasi yang terjadi pada tumor tersebut paling sering penderita mengeluh adanya benjolan pada perut bagian bawah yang semakin lama dirasakan semakin membesar. Tumor dapat menekan organ seluruhnya seperti rectum, vesika urinaria sehingga penderita mempunyai ganggun BAB dan BAK. Infeksi kandung kemih pada tumor yang mendesak ureter akan terjadi penyumbatan aliran urine dari ginjal ke kandung kemih.
(Mansjoer, 2000)
F.      Komplikasi
1.      Asites / gejala sindrom perut
2.      Infeksi tumor
3.      Dinding robek
(Mansjoer, 2000)
G.    Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis kista ovarium diperlukan prosedur diagnosis sebagai berikut :
1.      Anamnesis
Anamnesis yang teliti dalam menegakkan diagnosis mulai dari kapan gejala timbul, pertumbuhan tumor cepat/lambat, keluhan/gejala lain yang menyertainya serta komplikasi yang ditimbulkan.
2.      Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita, kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan respirasi, pemeriksaan fungsi kardiovaskuler, fungsi traktus respiratorik dan pemeriksaan fungsi traktus digestivus secara umum.
 
 
3.      Pemeriksaan Genekologi
Palpasi abdomen
Pemeriksaan dalam vagina
(Mansjoer, 2000)
H.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan USG
Dapat diketahui konsistensi tumor, permukaan dan dinding tumor, besar tumor.
2.      Pemeriksaan Hormonal
Pada tumor tertentu dapat memproduksi hormon seperti asihor moblastoman yang memproduksi hormon androgen sehingga terjadi peningkatan.
3.      Foto Rontgen
Dengan pemeriksaan foto poros abdomen dikombinasikan dengan pemeriksaan Intra Venous Pilografi, keterlibatan tumor jaringan sekitar uretra.
(Mansjoer, 2000)
I.       Penatalaksanaan
1.      Non Invasif
Menurut fakultas kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, bagian obstetri dan gynekologi bahwa penanganan kista non invasif adalah dengan memberikan terapi.
-         Clomiphene Citrate ( Clomide ) 50mg/hari selama 5 – 10 hari
-         Gonadotropine 5400 I.U @ 500 IU selama 3 hari
2.      Invasif
a.       Definisi Salphingooforektomi
Salphingooforektomi adalah pengangkatan tuba fallopi melalui insisi abdomen untuk mengatasi penyakit neoplastik / kista
b.      Komplikasi
Komplikasi salphingooforektomi meliputi
1)      Infeksi insisi
2)      Hemmoragi
c.       Perawatan pasien dengan salphingooforektomi
1)      Perawatan pra operasi
a)      Pastikan apakah pasien mengetahui alasan dilakukan salphingooforektomi, prosedur dan apa yang terjadi pasca operasi
b)      Anjurkan pasien untuk tetap puasa dari tengah malam sebelum pembedahan dan minta pasien berkemih sebelum pembedahan
c)      Lakukan enema sebelum pembedahan untuk mengeluarkan feses dan mencegah kontaminasi trauma sebelum pembedahan
d)      Berikan obat pra operasi untuk membuat pasien rileks
2)      Perawatan pasca operasi
a)      Berikan pengendalian nyeri yang adequat
b)      Anjurkan pasien menahan insisi ketika bergerak
c)      Anjurkan pasien untuk berambulasi segera mungkin untuk menurunkan flatus
d)      Pantau masukkan dan keluaran kandung kemih
e)      Berikan antibiotik sesuai advis dokter
(Mansjoer, 2000)

J. PATWAYS

A.     K. Konsep Asuhan keperawatan
1. Fokus pengkajian (Doengoes 2000)
a.  Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelemahan atau keletihan perubahan pada pola istirahat dan pada kebiasaan tidur malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, berkeringat malam.
b.    Sirkulasi
Gejala : Palpasi, nyeri dada pada pengarahan kerja
Tanda : Taxikardi, hipotensi
c.    Integritas ego
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress misal : merokok, minum alkohol, menunda mencari pekerjaan,keyakinan religius / spiritual) masalah tentang perubahan dalam penampilan, misal : lesi, pembedahan.
Tanda :  Menyangkal, menarik diri, marah
d.    Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi misal pada feses perubahan pada pola eliminasi misal : nyeri, rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
 
e.    Makanan dan cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, Anoreksia, mual, muntah, perubahan pada berat badan
Tanda :  Perubahan pada kelembapan / tungor kulit, oedema
f.      Neurosensori
Gejala : Pusing
g.    Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri / derajat bervariasi
h.    Pernafasan
Gejala : Merokok, pemajaman abses
i.      Keamanan
Gejala : Pemajaman pada kimia teknik
                     Pemajanan matahari berlebihan
Tanda : Demam
                     Ruam kulit, ulserasi                     
j.      Seksualitas
Gejala : masalah sexualitas
Misal : perubahan pada tingkat kepuasaan
k.    Interaksi sosial 
Gejala       : kelemahan sistem pendukung
 
 
2.    Diagnosa dan Intervensi
1.    Nyeri berhubungan dengan luka insisi sekunder terhadap tindakan pembedahan
Tujuan : Setelah dilakkan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang / hilang
KH       :   Klien dapat memperlihatkan pengurangan nyeri mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi :
1)   Atur posisi klien dorong penggunaan teknik distraksi relaksasi
Rasional : Merileksasikan otot, menghilangkan perhatian dan sensasi nyeri distraksi dan relaksasi dapat mengurangi perasaan tidak menyenangkan
2)   Palpasi kandung kemih bila penuh dilakukan periode pengurangan dengan kateter.
Rasional : Membantu mencegah ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.
3)   Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
4)   Berikan informasi dan petunjuk atisipasi penyebab ketidaknyamanan
Rasional : Membantu mengurangi nyeri dan ketakutan karena ketidaktahuan
5)   Kaji nyeri
Rasional: Membedakan karakteristik nyeri dan terjadinya komplikasi
6)   Monitor vital sign
Rasional :  Nyeri otot menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat
2.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
KH         : 1. Klien dapat menjelaskan faktor resiko yang  berkaitan      dengan infeksi
2.  Tidak terdapat infeksi
Intervensi
1) Ganti balutan bila basah dengan teknik aseptik
Rasional: lingkungan lembab merupakan media terbaik tumbuhnya bakteri
2) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat
    Rasional :     belum steril menutupi luka pada 24 jam pertama membantu melindungi luka / cidera / kontaminasi
3) Catat frekuensi / jumlah dan karakteristik urine
Rasional  :  status urine meningkat
4) Kaji suhu nadi dan jumlah sel darah putih
Rasional : dengan post op hari ke 3 leukositas dan takihardi menunjukkan infeksi
5) Kolaborasi pemberian antibiotik 
Rasional  :    mematikan kuman atau mikroba
3.    Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia
Tujuan    :    Setalah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi klien terpenuhi
KH         :    Nafsu makan meningkat
Intervensi :
1)   Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori protein, kaya nutrisi dengan masukan cairan adekuat
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu cairan
2)   Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional  :  dapat mengurangi mual
3)      Dorong teknik relaksasi sebelum makan
Rasional  :  dapat mencegah atau menurunkan mual, anorexia
4)      Pantau masukan cairan setiap hari
Rasioanal mengidentifikasi kekuatan / definisi nutrisi
5)      Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anorexia
Rasional :        Searing sebagai sumber diskasemon, khususnya untuk orang terdekat.
4.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik atau nyeri
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan peningkatan dalam mobilitas
KH         : Klien mulai mandiri dalam pemenuhan AKS
Intervensi :
1)   Anjurkan klien untuk tirah baring / alih posisi.
Rasional :  mencegah dekubitus                      
2)   Anjurkan klien untuk miring kanan miring kiri kemudian duduk.
Rasional :  membantu peningkatan mobilitas secara betahap
3)   Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi BAK / BAB, makan / minum, ganti pakaian.
Rasional : mobilitas klien harus secara bertahap menurut kadar kemampuan
4)   Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien.
Rasional :   keterlibatan keluarga akan sangat membantu 
5.    Konstipasi berhubungan dengan imobilitas
Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien bisa BAB
KH      : 1.  Bising usus aktif dan klien bisa flatus
              2. Pola eliminasi kembali normal dalam 4 hari post op
Intervensi :
1)      Auskultrasi terhadap adanya bising usus
Rasional :  mengetahui motilitas usus
2)      Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdomen
Rasional :  Merangsang gerak usus
3)      Berikan pelunak feses
Rasional :  Mempermudah pengeluaran feses
4)      Anjurkan untuk minum sedikitnya 2 liter air / hari
Rasional : Keseimbangan antara intake dan output serta membantu merangsang peristalik
5)      Berikan diet tinggi serat
Rasional :  mempermudah proses defekasi
6.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas klien    berkurang / hilang
KH     :   Melaporkan takut dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
Intervensi :
1)   Yakinkan informasi klien tentang diagnosa dan harapan intervensi pembedahan dan terapi yang akan datang, perhatikan adanya penolakkan.
Rasional :     Memberikan dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan informasi dan membantu untuk mengidentifikasi klien dengan ansietas dan kebutuhan akan perhatian khusus.
2)   Berikan lingkungan, perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privacy untuk klien dan orang terdekat
Rasional: Waktu dan privacy diperlukan untuk memberi dukungan, diskusi tentang antisipasi kehilangan.
3)   Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk ekspresikan takut
Rasional :     Memberikan kesempatan untuk mendefinisikan dan memperjelas kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi.
4)   Diskusikan atau jelaskan peran rehabilitas setelah pembedahan
Rasional :     Rehabilitasi adalah komponen terapi untuk memenuhi kebutuhan fisik sosial. Emosional dan vacasional sehingga klien dapat mencapai tingkah fisik dan fungsi emosis sebaik mungkin.
 
                             DAFTAR PUSTAKA
 
Doengoes, Merilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 2. EGC. Jakarta
 
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Ausculapius : Jakarta.
 
Manuaba. 2000. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetric Genikologi dan KB. EGC : Jakarta.
 
Ramali, A. 2001. Kamus Kedokteran.cetakan 24 Djambatan : Jakarta.

No comments:

Post a Comment

chitika