I. Konsep Dasar Penyakit
A.
Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau
organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari
meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis
(virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan
C. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari
oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran
vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin
bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan
kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
D. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan
peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan
demam (gejala awal yang sering)
2.
Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik,
tidak responsif, dan koma.
3.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a)
Rigiditas nukal ( kaku leher ).
Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher.
b)
Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha
dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c)
Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda
sisi ektremita yang berlawanan.
4.
Mengalami foto fobia, atau
sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.
Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.
Adanya ruam merupakan ciri
menyolok pada meningitis meningokokal.
7.
Infeksi fulminating dengan
tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang
menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
E. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1.
Meningitis serosa
Adalah radang
selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2.
Meningitis purulenta
Adalah
radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Analisis CSS dari fungsi lumbal
:
a)
Meningitis bakterial : tekanan
meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat
glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b)
Meningitis virus : tekanan
bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan
protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
2.
Glukosa serum : meningkat (
meningitis )
3.
LDH serum : meningkat (
meningitis bakteri )
4.
Sel darah putih : sedikit
meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5.
Elektrolit darah : Abnormal .
6.
ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.
Kultur darah/ hidung/
tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan
tipe penyebab infeksi
8.
MRI/ scan CT : dapat membantu
dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah
serebral, hemoragik atau tumor
9.
Rontgen dada/kepala/ sinus ;
mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
G. Komplikasi
1.
Hidrosefalus obstruktif
2.
MeningococcL Septicemia (
mengingocemia )
3.
Sindrome water-friderichen
(septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4.
SIADH ( Syndrome Inappropriate
Antidiuretic hormone )
5.
Efusi subdural
6.
Kejang
7.
Edema dan herniasi serebral
8.
Cerebral palsy
9.
Gangguan mental
10.
Gangguan belajar
11.
Attention deficit disorder
.
II.
Teori Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Biodata klien
Pada tahap ini perlu mengetahui
tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku, bangasa, status
perkawinan, pendidikan terakhir, nomor register, pekerjaan pasien, dan nama
orang tua/ suami/ istri.
b.
Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan pasien
atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah suhu
badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
c.
Riwayat kesehatan yang lalu
Pengkajian
penyakit yang pernah dialami pasien memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi keluhan sekarang meliputi :
1)
Apakah pernah menderita penyait
ISPA dan TBC ?
2)
Apakah pernah jatuh atau trauma
kepala ?
3)
Pernahkah operasi daerah kepala
?
d.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor riwayat
penyakit saat penting diketahui untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Di sini
harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
terjadinya serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien
dengan meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat
infeksi dan peningkatan tekanan intrakaranial. Keluhan tersebut diantaranya
sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala dihubungkan
dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu
mendapatkan perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana
sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan
tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan
dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguam memori biasanya merupakan
awal adanya penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respons individu terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan
perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat menjadi
letargik, tidak responsif. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti
riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani tindakan invasif
yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembuluh
darah.
e.
Pola
Pengkajian Menurut Doengos
1)
Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda :
ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
2)
Sirkulasi
Gejala : Adanya
riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat,
nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
3)
Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4)
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda
: anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5)
Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.
6)
Neurosensori
Gejala : Sakit
kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi
penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan
halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif,
rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek
kremastetik hilang pada laki-laki.
7)
Nyeri/keamanan
Gejala : sakit
kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
8)
Pernafasan
Gejala : riwayat
infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
f.
Pemeriksaan Fisik
1)
Tingkat Kesadaran
Pada
keadaan lanjut tingkat kesadaran pasien meningitis biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomantosa. Jika pasien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran pasien dan
bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
2)
Tanda-Tanda Vital
Pada
pasien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal
38-41oC, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering,
berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan
iritasi meningen sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut
nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan
frekuensi napas sering kali berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis.
Tekanan darah biasanya normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.
3)
Kepala dan leher : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan nistagmus
(gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan), pada wajah
ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku kuduk.
4)
Thorak / dada : Bentuk simetris,
pernafasan tachipnea, bila koma pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan
otot-otot pernafasan, jantung S1-S2.
5)
Abdomen : Turgor kulit menurun,
peristaltik usus menurun.
6)
Ekstremitas : pada kulit ptiachiae,
lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda
hemiparesis.
7)
Genetalia : Inkontinensia uria pada
stadium lanjut.
2. Diagnosa keperawatan
a)
Risiko peningkatan TIK
berhubungan dengan peningkatan volume intracranial, penekanan jaringan otak,
dan edema serebral.
b)
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan akumulasi secret, penutunan kemampuan batuk, dan
perubahan tingkat kesadaran.
c)
Hipertermia berhubungan dengan
inflamasi di meningitis, peningkatan metabolisme umum.
d)
Perubahan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan inflamasi dan edema pada otak dan meningen
e)
Risiko tinggi terhadap trauma
sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
f)
Nyeri (akut) sehubungan dengan
proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
g)
Risiko tinggi defisit cairan berhubungan dengan muntah dan demam.
h)
Risiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual, muntah.
3. Rencana Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa
1) Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan inflamasi dan
edema pada otak dan meningen
2) Risiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan volume
intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral.
3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
secret, penutunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.
4) Hipertermia berhubungan dengan inflamasi di meningitis, peningkatan
metabolisme umum.
5) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
6) Risiko tinggi defisit
cairan berhubungan dengan muntah dan demam.
7) Risiko tinggi pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat,
mual, muntah.
8) Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo.
b.
Rencana Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan inflamasi dan
edema pada otak dan meningen
Tujuan : setelah diberikan askep selama…x 24 jam diharapkan
perfusi jaringan ke otak meningkat.
Kriteria evaluasi : tingkat kesadaran meningkat menjadi
sadar, disorientasi negatif, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan oksigenasi
baik, ttv dalam batas normal, dan syok dapat dihindari.
Intervensi :
a)
Monitor pasien dengan ketat
terutama setelah lumbal pungsi. Anjurkan pasien berbaring minimal 4-6 jam
setelah lumbal pungsi.
Rasional : untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai
perubahan intracranial.
b)
Monitor tanda-tanda peningkatan
tekanan intracranial selama perjalanan penyakit (nadi lambat, tekanan darah
meningkat, kesadaran menurun, napas aritmik, reflex pupil menurun, kelemahan).
Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus
dilaporkan ke dokter untuk intervensi dini.
c)
Monitor tanda-tanda vital dan
neurologis tiap 5-30 menit. Mengenai tekanan intracranial catat laporkan segera
perubahan-perubahannya ke dokter.
Rasional : perubahan-perubahan ini menandakan adanya
perubahan tekanan intracranial dan penting yntuk intervensi dini.
d)
Hindari posisi tungkai ditekuk
atau anjurkan pasien jangan banyak bergerak dan tirah baring
Rasional : untuk mencegah peningkatan tekanan
intracranial
e)
Tinggikan sedikit kepala pasien
dengan hati-hati cegah pergerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu dari kepala
dan leher hindari fleksi leher.
Rasional : untuk mengurangi tekanan intracranial
f)
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan
pasien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan enema). Anjurkan pasien untuk
menghembuskan napas dalam bila miring dan bergerak di tempat tidur. Cegah posisi
fleksi pada lutut.
Rasional : untuk mencegah keregangan otot yang dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.
g)
Waktu prosedur-prosedur
perawatan disesuaikan dan diatur tepat waktu dengan periode relaksasi, hindari
rangsangan lingkungan yang tidak perlu
Rasional : untuk mencegah eksitasi yang merangsang otak
yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang.
h)
Beri penjelasan tentang keadaan
lingkungan kepada pasien.
Rasional : untuk mengurangi disorientasi dan untuk
klarifikasi persepsi sensorik yang terganggu.
i)
Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap gangguan motorik,
sensorik, dan intelektual
Rasional : untuk merujuk ke rehabilitasi
j)
Kolaborasi pemberian steroid
osmotic
Rasional : untuk menurunkan tekanan intracranial
2) Risiko peningkatan TIK berhubungan dengan peningkatan volume
intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebral.
Tujuan : setelah diberikan askep selama ….x 24 jam
diharapkan tidak terjadi peningkatan TIK
Kriteria evaluasi : pasien tidak gelisah, pasien tidak
mengeluh nyeri kepala, tidak mual-mual dan muntah, GCS : E4 M6 V5, tidak
terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a) Observasi faktor penyebab dari
situasi/ keadaan individu penyebab koma/ penurunan perfusi jaringan dan
kemungkinan penyebab peningkatan TIK
Rasional : deteksi
dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/ tanda-tanda
kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
b) Evaluasi pupil, amati ukuran,
ketajaman, dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional : reaksi pupil
dan pergerakan ulang dari bola mata merupakan tanda dari gangguan jika batang
otak terkoyak. Reaksi pupil diatur oleh saraf ketiga cranial (okulomotor) yang
menunjukkan keutuhan batang otak, ukuran pupil menunjukkan keseimbangan antara
arasimpatis dan simpatis. Respon terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi
dari saraf kedua dan ketiga cranial.
c) Monitor temperatur dan pengaturan
suhu lingkungan
Rasional :
Panas merupakan
refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metaboisme dan O2
akan menunjang peningkatan TIK.
d) Pertahankan kepala/ leher pada
posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal
yang tinggi pada kepala.
Rasional : perubahan
kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan
menghambat aliran darah otak (menghambat drainage pada vena serebral), sehingga
dapat meningkatkan tekanan intracranial.
e) Berikan periode istirahat antara
tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
Rasional : tindakan
yang terus-menerus dapat meningkatkan TIK akibat oleh rangsangan kumulatif.
f) Kurangi rangsangan ekstra dan
berikan rasa nyaman seperti masase punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan
yang ramah, dan suasana /pembicaraan yang tidak gaduh.
Rasional : memberikan
suasana yang tenang dapat mengurangi respons psikologis dan memberikan
istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah.
g) Cegah/hindari terjadinya maneuver
valsava
Rasional : mengurangi
tekanan intracranial dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK.
h) Bantu pasien jika batuk, muntah
Rasional : aktivitas
ini dapat meningkatkan intratoraks dan tekanan intraabdomen yang dapat
meningkatkan TIK.
i)
Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari.
Rasional : tingkah
nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks
nyeri, yaitu pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang
tidak menurun dapat meningkatkan TIK.
j)
Palpasi pembesaran/ kandung kemih, pertahankan drainase urine secara
paten jika digunakan dan juga monitoring terdapatnya konstipasi.
Rasional : dapat
meningkatkan automatic yang potensial meningkatkan TIK.
k) Berikan penjelasan kepada pasien
(jika sadar) dan keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkat.
Rasional :
meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan pasien dan mengurangi
kecemasan.
l)
Observasi tingkat kesadaran dengan GCS.
Rasional : perubahan
kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan
perkembangan penyakit.
m) Kolaborasi pemberian O2 sesuai
indikasi
Rasional : mengurangi
hipoksemia yang meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume darah sehingga
meningkatkan TIK
n) Kolaborasi pemberian cairan
intravena sesuai dengan yang diindikasikan
Rasional : pemberian
cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema serebral, peningkatan minimum
pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK.
o) Kolaborasi pemberian obat osmotic
diuresis, contohnya manitol, furoside
Rasional : diuretic
mungkin digunakan pada fase akut untuk mengalirkan air dari sel otak, dan
menurunkan edema serebral dan TIK.
3) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi
Tujuan : setelah diberikan askep selama …x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
·
Tidak menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk
·
Tidak terdapat nyeri kepala dan fotofobia.
·
TTV normal.
Intervensi :
a)
Observasi tanda-tanda infasi
meningeal.
R/: Adanya infasi
meningeal akan meningkatkan rasa nyeri.
b)
Observasi tanda-tanda peningkatan TIK.
R/: Adanya peningkatan
TIK dapat menyebabkan syok meningeal.
c)
Atur posisi pasien senyaman mungkin,
kepala agak tinggi sedikit.
R/: Posisi nyaman
mengurangi penekanan pada saraf perifer.
d)
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
R/: Mengurangi
ketegangan pada otot
e)
Kolaborasi pada tim medis untuk
pemberian analgesik.
R/: Kolaborasi pada tim
medis untuk pemberian analgesik.
4) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
secret, penurunan
kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan : setelah diberikan askep
selama ...x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan kebutuhan O2 sesuai kebutuhan.
Kriteria Hasil :
·
Tidak ada suara nafas tambahan
·
Frekuensi pernafasan dalam batas normal
(20-24 x/menit)
·
Kebersihan jalan nafas terjaga.
Rencana Tindakan :
a) Dengarkan suara nafas setiap 4 jam,
segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti whezing dan ronchi.
R/:
Timbulnya akumulasi segera pada saluran nafas ditandai dengan adanya suara
nafas tambahan.
b) Jaga kebersihan jalan nafas,
persiapkan peralatan suction didekat pasien.
R/:
Penempatan peralatan suscion didekat pasien merupakan salah satu alternatif
untuk kecepatan dalam pemberian tindakan.
c)
Atur posisi dengan kepala miring hiperekstensi
R/: Membuat jalan lurus
sehingga memudahkan oksigen masuk. Posisi miring dapat mencegah aspirasi benda
asing seperti muntahan ke saluran pernapasan.
d) Kolaborasi pemberian O2 sesuai dengan
kebutuhan.
R/:
Pemberian terapi O2 sesuai dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya
hipoksia jaringan.
e)
Kolaborasi pemberian obat mukolitik dan bronkodilator melalui inhalasi atau
nebulizer dengan perbandingan 1:1
R/: Pemberian inhalasi
dapat mempercepat reaksi di saluran pernapasan. Mukolitik membantu mengencerkan
dahak supaya mudah keluar. Bronkodilator membantu penambahan diameter bronkus.
5) Hipertermia berhubungan dengan inflamasi di meningitis, peningkatan
metabolisme umum.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama ....x 24 jam diharapkan suhu tubuh normal
Kriteria evaluasi
:
·
Suhu tubuh 36o-37,5o C
·
Nadi 60-90 kali permenit
·
Tidak terdapat kaku kuduk
Intervensi :
a)
Monitor suhu tubuh
Rasional :
Makin meningkatnya suhu tubuh sebagai tanda peningkatan toksik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme.
b)
Lakukan kompres hangat atau dingin pada anyaman kelenjar limfe dan
pembuluh darah yang besar seperti daerah ketiak, lipatan paha, leher
Rasional :
Panas dari tubuh ke media yang suhunya relatif lebih rendah.
c)
Bedrestkan pasien untuk menghambat perjalanan toksik.
Rasional :
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kontraksi otot dan menaikkan kecepatan
aliran darah yang dapat berdampak pada penyebaran toksik. Kontraksi otot juga
menaikkan produksi panas tubuh.
d) Kolaborasi pemberian
antipiretik seperti Paracetamol.
Rasional :
Antipiretik mengampat kenaikan suhu tubuh pada jalur pusat persarafan yang
berperanan terhadap suhu tubuh yaitu hipotalamus.
e)
Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional :
Antibiotik dapat merusak dinding mikroorganisme sehingga tidak mampu berkembang
dan menghasilkan toksik yang dapat berakibat toksemia.
6) Risiko tinggi defisit
cairan berhubungan dengan muntah dan demam.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama …. x 24 jam
diharapkan
kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
· Intake cairan dan output seimbang
· Turgor kulit baik
· Akral terasa hangat
· Mukosa bibir lembab
· Berat badan pasien normal
· Nadi teraba kuat
· Kesadaran compos mentis
· Nilai elektrolit tubuh dalam plasma
normal
Intervensi :
a)
Kaji intake dan output cairan melalui pemantauan balance cairan selama 24 jam
Rasional : Untuk mengetahui pendekatan seara konkrit
kebutuhan cairan tubuh
b)
Kaji penurunan kesadaran,
tanda-tanda vital terutama nadi, tekanan darah, pernapasan.
Rasional : Kesadaran yang menurun salah satunya dapat
diakibatkan penurunan elektrolit seperti natrium dan kalium ,nadi yang lemah
dan cepat mengindikasikan penurunan cairan ekstraselluler terutama yang
terdapat pada pembuluh darah,tekanan darah yang menurun sebagai tanda penurunan
tekanan pembuluh darah yang diakibatkan oleh volume cairan dalam darah,
pernapasan yang cepat dan dangkal dapat sebagai pertanda munculnya gangguan
asam basa oleh elektrolit tubuh yang dapat berdampak pada asidosis atau alkalosis.
c)
Berikan rehidrasi secara
terintegrasi melalui oral, parenteral (memperhatikan intake dan output cairan).
Rasional : Mengganti cairan yang terdapat pada darah,
cairan intraseluler dan interstitial yang mengalami penurunan untuk keperluan
transportasi zat.
7) Risiko tinggi pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat,
mual, muntah.
Tujuan : setelah diberikan askep
selama ...x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Evaluasi :
· Pasien tidak mual dan tidak muntah.
· Pasien mengkonsumsi 75% nutrisi sesuai dengan umur.
· Menunjukkan peningkatan BB.
Intervensi :
a) Kaji makanan yang disukai pasien.
R/: Dengan mengetahui
jenis makanan yang disukai pasien akan sangat membantu dalam pemberian kalori
sesuai dengan tingkat usia.
b) Berikan makanan dalam porsi sedikit
tapi sering.
R/: Pengkajian makanan
mempengarui selera makan dan proses ogertif.
c) Libatkan keluarga dalam penentuan
jenis diet yang digunakan.
R/: Partisipasi keluarga
sangat menunjang dalam keberhasilan perawatan dan proses penyembuhan pasien.
d) Observasi peningkatan BB.
R/: Peningkatan BB
merupakan salah satu tanda keberhasilan dari program yang dilakukan.
8) Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo.
Tujuan : setelah diberikan askep selama …. x 24 jam
diharapkan tidak terjadi trauma
Kriteria evaluasi :
·
Tidak mengalami luka lebam maupun jenis luka lain akibat terjatuh
Intervensi
:
a) Kaji tingkat kesadaran melalui
GCS
Rasional : Nilai GCS
kurang dari 10 terjadi fase kesadaran di bawah compos mentis sehingga berisiko
jatuh.
b) Tempatkan pasien dengan dengan
pengaman di semua sisinya.
Rasional : mencegah
pasien terjatuh
c) Tempatkan pasien pada bed dengan
pengalas lunak dan posisi garis lurus
Rasional : mencegah
injuri kulit dan hambtan jalan napas
d) Pantau posisi dan keadaan umum
anak setiap jam
Rasional : posisi
leher yang fleksi juga dapat berisiko cidera jalan napas. Keadaan umum yang
memburuk sebagai indikasi peningkatan cedera seluler.
e) Diskusikan dengan keluarga
tentang perkembangan tingkat kesadaran dan jadwal pemantauan pasien.
Rasional :
meningkatkan partisipasi keluarga untuk mencegah kemungkinan timbulnya injury.
4.Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien.
5.Evaluasi
a.
Mencapai masa penyembuhan tepat
waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
b.
Mempertahankan tingkat
kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan
tanda-tanda vital stabil.
c.
Tidak mengalami kejang/penyerta
atau cedera lain.
d.
Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat.
e.
Mencapai kembali atau
mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
f.
Meningkatkan tingkat kesadaran
biasanya dan fungsi persepsi.
g.
Tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin
asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Mutaqqin, Arif. 2008.
Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology : Clinical
Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu
Salim, Cahaya. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Meningitis. http://cahaya-salim.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html
(diakses 10 Maret 2013)
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih
bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment